A. Definisi
Transudat
Merupakan penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai
akibat karena adanya gangguan keseimbangan cairan (tekanan osmose, statis dan
hidrostatik.
Exudat
Merupakan penimbunan cairan yang diakibatkan oleh
kenaikan permeabilitas pembuluh darah terhadap protein. Cairan patogen yang
berasal dari proses radang serosa :
- Pleura
- Peritonium
- Pericardial
- Sendi
B. Mekanisme Pembentukan
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung
sejumlah kecil cairan yang berfungsi sebagai pergerakkan alat-alat didalam
rongga tersebut. Cairan itu terdapat umpama dalam rongga perikardium, rongga
pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang
dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan
normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin
bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau eksudat. Didalam
rongga serosa dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan yang berfungsi
sebagai pergerakkan alat-alat didalam rongga tersebut. Dalam keadaan normal
cairan bergerak antara pembuluh darah dan cairan extraselular disini terdapat
keseimbangan antara tekanan koloid osmotik plasma dan tekanan hidrostatik yang
mendorong cairan tetap tinggal dalam pembuluh darah. Tetapi pada keadaan
patologis tertentu misalnya :
-
Tekanan
hidrostatis meningkat
-
Tekanan koloid
osmotik
- Kenaikan filtrat
kapiler dan protein spesies
Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan naiknya substansi
tertentu dan pengumpulan cairan di extrasellular molekul-molekul kecil seperti
air, elektrolit dan kristaloid akan berdifusi secara cepat melewati plasma
darah sehingga terjadi penumpukan cairan, proses ini disebut dengan Ultrafiltrasi.
Exudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibat
peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Transudat-exudat
dapat terjadi pada:
- Sindrome
nefrotik
- Sirosis
hepatitis
- Gagal jantung
C. Fungsi Transudat dan Exudat
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon
tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema
(transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh
gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam
kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan eksudat
bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi
jaringan sehingga terjadi gelembung, hal ini misalnya terjadi pada kebakaran.
Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat
jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini
dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang
ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah mengandung lebih banyak
protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi dan dapat
membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain daripada radang, misalnya
karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah
dan tidak membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi
pada penderita penyakit jantung. Pada penderita payah jantung, tekanan dalam
pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam
jaringan. Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau eksudat
bermaksud untuk menetukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapat
keterangan tentang causanya.
Berbagai jenis eksudat : eksudat ialah cairan dan sel
yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada waktu radang. Bila
cairan eksudat menyerupai serum darah dan hanya sedikit mengandung fibrin dan
sel, maka eksudat bersifat cair sekali dan dinamai eksudat bening/jernih.
Eksudat bening sering terjadi pada radang tuberculosis yang mengisi rongga
pleura dapat berjumlah satu liter atau lebih. Eksudat fibrinosa mengandung
banyak fibrin sehingga melekat pada permukaan pleura, merupakan lapisan kelabu/kuning
yang ditemukan pada pneumonia. Mikroskopis eksudat ini mengandung serabut
fibrin dan dalam sela – sela diantara serabut ini terdapat sel radang. Eksudat
fibrinosa terjadi bila permeabilitas kapiler bertambah banyak, yaitu karena
molekul – molekul fibrin besar dapat keluar dari kapiler dan menjadi bagian
daripada eksudat. Eksudat purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah.
Nanah ini terjadi pada radang akut yang mengandung banyak sel polinukleus yang
kemudian musnah dan mencair karena lisis. Sisa jaringan nekrotik yang mengalami
lisis bersama dengan sel polinukleus yang musnah dan limfe radang menjadi
cairan yang disebut nanah. Eksudat hemoragik ialah eksudat radang yang berwarna
kemerah–merahan karena mengandung banyak eritrosit.
D. Cara Memperoleh
Transudat dan exudat dengan punksi. Syarat-syarat punksi:
1.
Sterilitas
2. Antikoagulan
o Heparin ( 3U/I)
o Na2EDTA
( 1mg/ml )
E. Cara Penampungan
Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung:
-
Botol I
: Steril untuk pemeriksaan bakteriologi.
- Botol
II : Ditambah
antikoagulan untuk pemeriksaan rutin.
- Botol
III : Tanpa antikoagulan
untuk pemeriksaan kimia.
F. Tujuan Punksi
1.
Membantu
diagnosa
2. Untuk meringankan penderita penyakit
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu punksi:
a. Pengambilan cairan tidak boleh seluruhnya karena:
o Untuk
menghindar terjadinya shock.
o Pada cairan
asites banyak mengandung protein.
b. Apabila cairan keruh pengambilan cukup 4-5 cc, sedangkan
apabila cairan jernih jumlah pengambilan 200-300 cc.
G. Hal-hal yang harus diperhatikan
Hal – hal yang harus diperhatikan :
1.
Pengambilan dan
pengiriman sampel
o Pengambilan
sampel dilakukan secara pungsi yang berada disetiap rongga tubuh, dibentuk oleh
kulit bagian bawah (debris), pengambilan harus dalam keadaan steril baik itu
alat ataupun wadah sampel.
o Pengiriman
sampel dalam wadah tertutup rapat, steril, dan diberi etiket yaitu nama,
lamanya sakit, waktu pengambilan, jenis peneriksaan yang diminta, Bila yang
dikirim berupa preparat etiketnya ditempel dibelakang preparatnya.
2.
Kualitas
Reagensia.
o Reagensia tidak
kadaluarsa, disimpan dalam botol coklat, bertutup rapat dan terlindung dari
cahaya matahari langsung.
o Sebelum
digunakan sebaiknya disaring terlebih dahulu.
3. Teknik Pemeriksaan
o Pemeriksaan
sesuai dengan prosedur dan perlu ketelitian
o Perlu juga
diperhatikan alat – alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering,
kondisi alat seperti pipet tidak pecah pada ujungnya begitu juga dengan kamar
hitung.
o Lamanya waktu
pewarnaan juga mempengaruhi terhadap sel yang diwarnai, untuk itu pada saat
pewarnaan sesuai dengan waktunya.
H. Pemeriksaan Yang Dilakukan
I.
Tujuan
Pemeriksaan
1.
Untuk
menentukan jenis cairan yang diperiksa.
2.
Mengusahakan
mencari penyebabnya.
II.
Syarat Pemeriksaan
Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjadi disintegrasi, oleh karena
itu pemeriksa yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan citologi.
III.
Macam-macam
Pemeriksaan
1.
Macroskopis
2.
Microskopis
3.
Kimia
4.
Bakteriologi
5.
Serologi
1.
Macroskopis
1.1.Jumlah/Volume
Normal : negatif (-)
Guna : untuk
menentukan luasnya kelainan yang terjadi.
1.2.Warna
Transudat : Kuning muda
Exudat : Bermacam-macam
tergantung penyebabnya:
§ Hijau
:
bilirubin/icterus
§ Merah
: darah
§ Putih
kekuningan : pus
§ Putih seperti
susu : chylus
§ Biru kehijauan
: bakteri pyocyanus
1.3.Kekeruhan
Transudat : jernih dan encer
Exudat : agak keruh/sangat
keruh dan kental
Kekeruhan pada transudat exudat terutama disebabkan oleh:
· Leukosit
: kekeruhan yang sangat ringan sampai kekeruhan seperti bubur.
· Eritrosit :
kekeruhan yang berwarna kemerah-merahan.
Adanya kekeruhan pada transudat exudat dinyatakan dengan:
· Serous
· Seropurulent
· Serosanguinis
· Purulent
· Putrid
· Serofibrinus
1.4.Berat Jenis (BJ)
Guna : untuk
menentukan jenis cairan yang diperiksa.
Syarat : harus
dilakukan segera sebelum terjadi Bekuan
Metode :
· Apabila cairan
sedikit : refraktometer
· Apabila cairan
banyak : urinometer
Transudat : mempunyai Bj 1006-1015 (≤ 1018)
Exudat : mempunyai Bj 1018-1030
(≥ 1018)
1.5.Bau
Pemeriksaan bau tidak mempunyai makna. Bau busuk biasanya disebabkan oleh:
· Adanya
pembusukan protein
· Infeksi
kuman-kuman anaerob
· Infeksi oleh
kuman Eschericia coli
1.6.Bekuan
Adanya bekuan dinyatakan dengan :
Bekuan biasanya terjadi pada exudat dan tidak terjadi pada transudat karena
adanya fibrinogen. Bekuan yang terjadi sangat lambat pada transudat karena
kadar fibrinogen yang rendah disebut Fibrinous Swab/Pelicle.
2. Microskopis
2.1.Syarat Pemeriksaan
· Cairan harus
jernih atau agak keruh, sedangkan apabila cairan keruh pemeriksaan tidak perlu
dilakukan.
· Pemeriksaan
harus dilakukan dengan cepat.
2.2.Macam-macam
a.
Hitung Leukosit
b.
Hitung Jenis
Leukosit
a.
Hitung Leukosit
ü Metode
:
Kamar hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal.
ü Tujuan
:
Untuk menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa
sampel cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat.
ü Prinsip
:
Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan Pengencer
dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung.
ü Alat
:
· Mikroskop
· Kamar Hitung
Improved Neubauer 3 mm x 3 mm x 0,1 mm atau Kamar Hitung Fuchs Rosenthal 4 mm x
4 mm x 0,2 mm.
· Pipet Lekosit
· Kaca Penutup
· Reagensia :
§ Larutan
pengencer NaCl 0,9 %
§ Antikoagulan
Natrium Citrat atau Heparin steril.
Bahan Pemeriksaan : Berupa Cairan yang berasal dari rongga perut, pleura,
pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb yang didapat dengan mengadakan
pungsi.
ü Prosedur Kerja
:
1.
Sampel didapat
dengan mengadakan pungsi dan campur dengan antikoagulan.
2.
Kocok dahulu
sampel yang akan diperiksa supaya homogen.
3.
Pipet NaCl 0,9
% dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat.
4.
Pipet sampel
sampai tanda 11 tepat.
5.
Kocok agar
sampel dan larutan tercampur sempurna minimal 3 X selama +3 menit dengan
putaran membentuk angka 8.
6.
Bila segera
dihitung buang beberapa tetes larutan dan teteskan pada kamar hitung. Biarkan
mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah mikroskop. Dengan
pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak besar.
7.
Perhitungan :
1. Dengan Kamar hitung Improved Neubauer
2. Jumlah sel lekosit = PDP X TKP X sel lekosit KBH.
Keterangan:
PDP = Pengenceran dalam pipet
PDP = Pengenceran dalam pipet
TKP = Tinggi Kaca Penutup
KBH = Kotak Besar yang dihitung
3.
Dengan kamar
hitung Fuchs Rosenthal
Jumlah sel lekosit dalam 9 kotak = a
Jumlah sel lekosit dalam 9 kotak = a
Luas permukaan : 3 x 3 mm2 = 9 mm2
Dalam : 0,2 mm
Isi : 9 x 0,1
mm3 = 0,9 mm
Dalam 1 mm3 terdapat : 10/9 x a sel
Pengenceran : 10/9 kali
Jadi jumlah sel/1 mm3 = 10/9 x 10/9 x a sel
= 100/81 x a sel = 5/4 x a sel
= 100/81 x a sel = 5/4 x a sel
Catatan :
Kamar hitung dari Fuchs Rosenthal lebih teliti karena
volumenya lebih besar. Kalau cairan berupa purulen tidak ada gunanya menghitung
jumlah lekosit tindakan ini baiknya hanya dilakukan dengan cairan yang jernih
atau yang agak keruh saja. Untuk cairan yang agak keruh, pilih pengenceran yang
sesuai. Bahan pengencer sebaiknya larutan NaCl 0,9 % jangan menggunakan larutan
turk, karena dapat menyebabkan terbentuknya bekuan dalam cairan. Cairan yang
berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakin tinggi
angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.
b. Hitung Jenis leukosit :
ü Metode :
Giemsa atau Wright Stain
ü Prinsip :
Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan tertentu
(Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil warna zat.Lalu dihitung dibawah
mikroskop dengan pembesaran 1000X dalam 100 % sel lekosit.
ü Tujuan :
Untuk mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat
menentukan jenis cairan tersebut (transudat/eksudat).
ü Alat :
§ Objek glass
§ Pipet tetes
§ Pipet ukur
§ Gelas ukur
§ Rak pewarnaan
§ Mikroskop
ü Reagensia :
§ Giemsa,
komposisi :
· 1 gr giemsa
· 100 ml Metanol
absolut
· Wright,
komposisi :
o 0,1 gr Wright
(digerus)
o 60 ml Methanol
absolut
o Buffer phospat
pH 7,2 :
- KH2PO4 6,63 gr
- KH2PO4 6,63 gr
- Na2HPO4 3,2 gr
- Aquades add 1000 ml
· Persiapan
Reagen :
o Giemsa
o 17 tetes stok
larutan giemsa ditambah 5 ml aquades
ü Prosedur Kerja
:
1.
Sediaan apus
dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu.
2.
Jika cairan
jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10 Sampai
15 ml sampel 1500 rpm selama 10 menit.
3.
Cairan atas
dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita sendiri
lalu dibuat hapusan. Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan
apus langsung memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan
itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
4.
Difiksasi
dengan metanol selama 2 menit, buang, cuci dengan aquades.
5. Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15
menit, buang sisa zat warna dan cuci dengan aquades, keringkan diudara.
6.
Dihitung jenis
sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 X.
7.
Hasil :
Transudat : Hanya
sel mononuklear (limposit)
Eksudat
: Ditemukan sel
mononukleaar dan
polimorfonuklear/segmen.
ü Catatan :
Hitung jenis ini hanya untuk membedakan limposit dan segmen. Hasil hitung
jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang, yang menyertai proses
radang akut hampir semua sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin
bertambah limpositnya, sedangkan radang menahun menghasilkan hanya limposit
saja dalam hitung jenis. Perbandingan banyak sel dalam golongan limposit dan
sel polimorponuklear atau segment memberi petunjuk kearah jenis radang yang
menyebabkan atau menyertai eksudat.
.
3.
Pemeriksaan
Kimia
Macam-macamnya :
a. Protein
b.
Reduksi
a. PROTEIN
a.
Kualitatif
Metode : Rivalta
Tujuan :
Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa.
Prinsip :
Seromucin yang terdapat dalam exudat dan tidak terdapat dalam
transudat akan bereaksi dengan asam asetat encer membentuk kekeruhan yang
nyata.
Cara kerja :
1.
Masukkan 100 ml
aquadest kedalam becker glass 100 cc/ 250cc.
2.
Tambahkan 1
tetes asam asetat glasial kemudian campur menggunakan batang pengaduk.
3.
Teteskan 1
tetes cairan yang diperiksa dengan jarak kira-kira 1 cm di atas permukaan
cairan.
4.
Amati campuran
/ tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan latar belakang hitam,ada 3
kemungkinan yaitu
a.
Tetesan itu
bercampur dan bereaksi tanpa menimbulkan kekeruhan (cairan normal)
b.
Tetesan itu
bercampur dan bereaksi dengan menimbulkan kekeruhan ringan atau kabut tipis
(hasil + lemah / transudat)
c.
Tetesan
bercampur dan bereaksi dengan menimbulkan kekeruhan atau membentuk kabut tebal
(hasil + kuat / exudat)
b.
Kuantitatif
Metode : Esbach
Guna :
Untuk mengetahui kadar protein dalam cairan
Transudat : Kadar protein 2,5 g/dl
Exudat : Kadar protein 4 g/dl
Cara kerja :
1. Periksa terlebih dahulu Bj cairan.
2. Apabila Bj <1010 encerkan 2-5x
Apabila Bj >1010 lakukan pengenceran sebanyak 20x
3. Kemudian lakukan penetapan cara Esbach seperti pada
pemeriksaan protein rutin.
Guna pemeriksaan :
Untuk mendekatkan kadar protein sebanyak 4g/dl,dimana cara ini merupakan
cara yang sebaik-baiknya untuk pemeriksaan Esbach.
Dari Bj cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan
rumus :
(Bj – 1007) x 343 = gram protein / 100ml cairan,maka atas perhitungan itu :
Bj 1010 sesuai dengan 1,0 gram protein/100ml
Bj 1015 sesuai dengan 2,5 gram protein/100ml
Bj 1020 sesuai dengan 4,5 gram protein/100ml
Bj 1025 sesuai dengan 6,0 gram protein/100ml
c.
Glukosa
Kadar glukosa di dalam transudat sama seperti plasma,sedangkan exudat
biasanya berisi kurang banyak glukosa teristimewa jika exudat itu banyak
mengandung lekosit.
Metode pemeriksaan : Ortho toluidin
d.
Zat lemak
ü Transudat :
tidak mengandung lemak kecuali bercampur dengan chylus.
ü Exudat
: mengandung lemak karena dinding kapiler dapat ditembus olehnya.
Cara kerja :
1. Berilah larutan NaOH 0,1 N kepada cairan sehingga cairan
menjadi lindi.
2.
Lakukan extrasi
dengan ether,jika cairan itu menjadi jernih,putihnya disebabkan oleh chylus.
3. Jika tidak menjadi jernih,putihnya mungkin disebabkan
oleh lecithin dalam keadaan emulsi.
Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sebagai berikut :
1. Encerkan cairan itu 5x dengan etilalkohol 95%
2. Panasilah berhati-hati dalam bejana air,kalau cairan
menjadi jernih putihnya disebabkan oleh lecithin.Untuk lebih lanjut
membuktikannya teruskanlah percobaan dengan:
3.
Saringlah
cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan panas.
4. Filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas
sampai volume menjadi sebesar semula (sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan
menjadi dingin lagi.
5.
Kalau menjadi
keruh lagi adanya lecithin terbukti kekeruhan itu bertambah kalau diberi
sedikit air.
4. Pemeriksaan Bakteriologi
Pengecatan yang dipakai :
a.Gram
b.Zn
Untuk mencari adanya fungsi :
Letakkanlah satu tetes sedimen atau bahan keatas kaca obyek dan campurkan
dengan sama banyak larutan KOH( NaOH) 10%,tutup dengan kaca penutup,biarkan
selama 20 menit,kemudian periksa dengan mikroskop.
Pemeriksaan Bakteriologis ( gram stain )
ü Metode
: Gram
ü Prinsip
:
Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan
akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 %
warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan
mengambil warna merah dari fuksin
ü Tujuan :
Untuk mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga dapat menentukan
jenis cairan tersebut apakah transudat atau eksudat
ü Alat :
1.
Objek Glass
2.
Pipet tetes
3.
Bak dan rak
pewarnaan
4.
Mikroskop
ü Reagensia :
1.
Carbol gentian
violet 1 %
2.
Lugol 1 %
3.
Alkohol 96 %
4.
Air Fuchsin 1 %
ü Prosedur Kerja
:
1.
Setetes sampel
yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objekglass, dan dikeringkan.
2.
Diwarnai dengan
karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci
3.
Ditambah lugol
selama 1 menit, dicuci
4.
Ditambah
alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci
5.
Ditambah air
fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan
6.
Diperiksa di
bawah mikroskop dengan pembesaran 1000
ü Catatan :
Transudat : Tidak ditemukan bakteri.
Eksudat : Ditemukan bakteri
Selain dengan pewarnaan gram, juga bisa dilakukan dengan pewarnaan
Ziehl-Neelsen untuk menemukan adanya bakteri clostridium.
Kalau akan mencari fungi (jamur) campur setetes sampel dengan KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup, biarkan selama 20 menit, kemudian periksa dibawah mikroskop.
Kalau akan mencari fungi (jamur) campur setetes sampel dengan KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup, biarkan selama 20 menit, kemudian periksa dibawah mikroskop.
Kesimpulan :
Dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis antara lain hitung jumlah dan
hitung jenis sel lekosit serta adanya bakteri dalam cairan/sampel yang
diperiksa, dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau
eksudat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan
diagnosa.
5. Pemeriksaan Serologi
§ Comlement
Fixation Test : untuk mendiagnosa lues/sifilis
§ Precipitin Test:untuk
membantu diagnosa infeksi Echinicoccus
I. Perbedaan Transudat dan Eksudat
TRANSUDAT
|
EKSUDAT
|
Bukan proses radang
|
Proses radang
|
Bakteri (-)
|
Bakteri (+)
|
Steril
|
Tidak steril
|
Warna kuning muda
|
Warna bermacam-macam
tergantung penyebabnya
|
Jernih dan encer
|
Kental dan keruh
|
Bj 1006-1015 ( <1018)
|
Bj 1018-1030(>1018)
|
Tidak menyusun bekuan
|
Menyususn bekuan
|
Fibrinigen (-)
|
Fibrinogen +
|
Jumlah leukosit <500 sel/ul
|
Jumlah leukosit >500sel/ul
|
Kadar protein <2,5 g/dl
|
Kadar protein >4 g/dl
|
Kadar glukosa sama dengan plasma darah
|
Kadar glukosa lebih kecil dari plasmadarah
|
Zat lemak (-)
|
Zat lemak (+)
|
LDH 60 %
|
LDH 60%
|
Fibrinogen 300-400mg/dl
|
Fibronogen 4-6g/dl
|
0 comments:
Post a Comment